2025-02-21 | admin9

Rafflesia Terbesar Mekar di Cagar Alam Maninjau?

Julukan bumi rafflesia mungkin layak disematkan terhadap Sumatera Barat. Pasalnya, di Tanah Minangkabau ini, tepatnya di Cagar Alam Maninjau, ditemukan rafflesia ragam paling langka berdiameter sampai 107 sentimeter.

Menurut Agus Susatya, peneliti rafflesia dari Universitas Bengkulu, diameter ini terbesar dari yang pernah ditemukan bagus di Indonesia maupun di negara yang pernah tumbuh rafflesia seperti Malaysia dan Filipina.

Bunga langka ini mekar Maninjau, di Jorong Marambuang, Nagari Baringin, 17 Desember lalu. Tidak cuma diameter bunga, di sekitar lokasi tumbuh juga ada sebaran kuncup rafflesia terbanyak yang pernah ditemukan. Ada 46 kuncup di dua petak ukur seluas empat meter persegi. Ini jumlah terbanyak, sebelumnya di Bengkulu, ada 27 kuncup. Dari sebaran kuncup ini, enam sudah mekar total dan layu.

Agus mengatakan, daerah tumbuh rafflesia ini tergolong masih bagus dan terjaga. Ketika Agus bersama BKSDA Sumbar melakukan pemetaan raja olympus ditemukan puluhan kuncup. “Meskipun belum sempat memperhatikan seluruh kuncup, pengamatan kita bisa menemukan beberapa kuncup baru yang sebelumnya tak menonjol,” katanya.

Peta kuncup dan akar, katanya, jadi amat penting supaya pengunjung bisa diberi arahan sampai tak menginjak kuncup. “Kuncup rafflesia paling kecil bisa satu sentimeter, ini tak menonjol sama sekali. Wujud seperti tanah bila terinjak akan mati,” katanya.

Ia menyebut bila kuncup di Maninjau m emecahkan rekor terbanyak di Indonesia.“Jikalau kita lihat kuncup sampai 46 termasuk tertinggi, saya pernah memperhatikan di Bengkulu, pernah 27 kuncup. Saya pikir ini habitat masih amat bagus. Dari pengamatan yang pernah dilaksanakan rata-rata populasi satu inang sekitar 10 kuncup.”

Baca Juga : 5 Keanekaragaman Flora dan Fauna Indonesia yang Mendunia

Untuk jenisnya, kata Agus, ialah Rafflesia tuan mudae. Macam ini termasuk langka, sebelumnya pernah ditemukan di Serawak atau Kalimantan.

“Yang terang ini bukan Rafflesia arnoldii, bila kita lihat kemiripan-kemiripan itu sama persis dengan tuan mudae, di literatur ragam ini pernah ditemukan di Serawak.”

Dalam tulisan taksonomi perihal tuan mudae, katanya, ada dua pendapat dari peneliti rafflesia ialah William Meyer dan Jamili Nais. Meyer, peneliti rafflesia yang mempublikasikan ragam-ragam rafflesia pertama pada 1997 menempatkan tuan mudae beberapa varian dari arnoldii atau subspesies dari arnoldii.

“Jadi menurut Meyer, Rafflesia tuan mudae masuk golongan Rafflesia arnoldii,” kata Agus.

Peneliti lain, Jamili Nais, penulis buku Rafflesia On the World menceritakan Rafflesia tuan mudae ialah spesies tersendiri bukan bagian arnoldii. “Saya juga sependapat dengan dia (Jamili Nais-red).”

Alasan Agus sependapat dengan Nais karena saat Meyer publikasi belum banyak data mendetail dikumpulkan, berbeda dengan Nais.

“Ketika memperhatikan rafflesia di Cagar alam Maninjau saya juga beranggapan demikian itu, ragam ini tuan mudae, bukan arnoldii,” katanya.

Beberapa perbedaan morfologi ditemukan Agus antara ragam rafflesia di Maninjau dengan arnoldii, seperti warna kelopak (perigon), bila arnoldii lebih ke oranye sedangkan tuan mudae ke arah merah maron. “Warna saja belum tentu jadi karakter yang kuat.”

Share: Facebook Twitter Linkedin